Overhead Projector

Teman-teman yang baik, antara hari Natal dan Tahun Baru biasanya saya membuat semacam tulisan renungan tentang tahun itu, tapi tahun ini rasanya tidak ada hal penting atau mendasar untuk direnungkan. Maka saya putuskan untuk membuat tulisan singkat tentang overhead projector (OHP), alat yang saya pakai untuk menjiplak sejak lama. Saya membeli OHP baru sesudah OHP lama, merk 3M, rusak sesudah dipakai selama 18 tahun. Awet juga, ya? Tulisan ini saya buat untuk menjelaskan cara kerja OHP sesuai pengalaman saya, soalnya ternyata OHP belum punah dan untuk kepentingan menjiplak gambar di bidang besar dia oke banget.

OHP adalah proyektor yang biasa dipakai dosen untuk menjelaskan materi kuliah sebelum digantikan proyektor digital yang lebih canggih. Saat menggunakan OHP, dosen biasa mencetak dan menulis di plastik transparan saat kuliah. Materi tersebut kemudian diproyeksikan menjadi besar ke layar/dinding sehingga jelas terlihat dari mana-mana. Dengan prinsip yang sama, OHP bisa digunakan untuk memperbesar foto acuan untuk keperluan menjiplak di atas kanvas, terutama kanvas yang ukurannya lebih dari 100 cm baik di sisi panjang/lebar. Sebelum menggunakan OHP, saat saya sedang ikut program artist in residence di Arcus, Jepang, 2003, saya menggunakan slide projector untuk menjiplak.

OHP merk Nobo Quantum, buatan Inggris

Cara kerja OHP sederhana. Di dalam kotaknya ada lampu halogen dengan reflektor yang memancarkan cahaya dari bawah ke atas, lalu ditangkap oleh lensa, kemudian dipantulkan oleh cermin ke depan. Namun cahaya lampu tidak bisa begitu saja ditangkap oleh lensa. Cahayanya harus dikerucutkan menggunakan lensa Fresnel. Lensa inilah bagian termahal dari OHP, menggunakan teknologi tua yang diciptakan oleh Augustin-Jean Fresnel, ilmuwan Perancis, pada abad ke-18. Dengan lensa Fresnel, cahaya tidak menyebar ke mana-mana, tapi dikerucutkan ke satu arah. Bila menggunakan desain lensa konvensional, lensa menjadi besar, berat, dan menggunakan lebih banyak bahan (lihat gambar di bawah). Lensa Fresnel membuat cara kerja lensa menjadi lebih efisien. Lensa Fresnel serupa dengan suryakanta, tapi desainnya lebih tipis dan lebih ringan. Lensa Fresnel masih digunakan di berbagai aplikasi sampai hari ini, terutama digunakan di dunia maritim untuk pembuatan lampu-lampu mercusuar.

1. Desain lensa Fresnel. 2. Desain lensa konvensional dengan kemampuan pengerucutan cahaya yang sama.

Bila Anda perlu proyektor untuk menjiplak foto acuan di atas kanvas/dinding, sebenarnya Anda bisa menggunakan proyektor digital yang populer, tapi menurut saya OHP tetap punya nilai lebih dibandingkan proyektor digital. Proyektor digital itu mau merk apapun sama saja: bila resolusi dan lumens-nya tinggi, harganya pasti mahal. Jadi proyektor digital murah meriah yang beredar di pasaran tentu resolusi dan lumens-nya rendah. Lumens adalah satuan untuk mengukur terangnya cahaya. Perbandingan sederhananya: sebatang lilin memancarkan cahaya sebesar 12,57 lumens. Lain dari itu, proyektor digital lumayan kelihatan pikselnya, bahkan yang high definition dengan resolusi 1920×1080 sekalipun. Dengan begitu keunggulan OHP dibandingkan dengan proyektor digital adalah: gambarnya tajam tanpa piksel (hanya terlihat guratan lensa fresnel yang halus), harganya murah, lampunya juga murah, dan awet banget. Jadi secara jangka panjang OHP lebih superior daripada proyektor digital. Namun tentu saja konsekuensinya, OHP tidak bisa disambungkan ke laptop untuk presentasi atau nonton film/main game.

Pudak Scientific OHP-001 3200

OHP baru ini saya beli seharga Rp.1,5 juta di Pudak Scientific, Bandung, penyalur alat peraga dan alat-alat laboratorium. Badannya terbuat dari plastik keras, jadi jauh lebih ringan daripada OHP lama yang badannya terbuat dari logam. Sebenarnya OHP ini dijual di Tokopedia, tapi karena kebetulan tokonya ada di Bandung, dekat pula dari studio melukis saya, maka saya kunjungi tempatnya untuk memastikan jenis lampunya sama dengan lampu OHP saya yang lama. Atau kalaupun tidak sama, jenis lampunya sebaiknya mudah dicari di pasaran. Ternyata lampunya sama, soalnya memang standardnya begitu.

Lampu OHP lama saya yang di atas, lampu bawaan OHP baru yang bawah

OHP ini menggunakan lampu halogen dengan dua kaki, 24V, 300 watt. Lampu OHP saya yang lama ukurannya lebih kecil karena dia hanya 250 watt, tapi kakinya persis sama ukurannya, jadi bukan masalah, pasti bisa dipakai. OHP ini dirakit oleh Pudak Scientific sendiri dan mereka ternyata menjual lampu 24V, 250 watt. Stoknya berlimpah. Waktu saya beli di bulan Desember, 2021, mereka masih punya 90 buah lampu. Harganya Rp.80 ribuan. Itu bahkan lebih murah daripada harga di Tokopedia, belum ongkir pula. Jadi soal lampu aman. Memasang lampu halogen seperti ini tidak boleh dipegang langsung dengan jari. Kita bisa gunakan kertas tisu/sarung tangan. Kita harus memastikan tidak ada sedikit pun keringat dari jari-jemari kita menempel pada lampu. Keringat akan mengakumulasi panas sehingga lampu akan putus jauh lebih cepat daripada seharusnya. Sepengalaman saya, lampu ini bisa bertahan selama 2-3 tahunan, jadi lampunya sendiri cukup awet.

OHP ini berkekuatan 3200 lumens, jadi terang sekali. Dan di dalamnya ada dua lampu, tapi hanya bisa dipakai satu saja. Jadi kalau satu lampu putus, kita tinggal geser dan lampu cadangan pun segera bisa digunakan. Mungkin maksudnya supaya tidak mengganggu proses belajar di kelas kalau lampunya putus.

Konstruksi OHP Pudak Scientific 001 3200

Menggunakan OHP agak ribet sedikit, memang. Pertama, kita harus mencetak dulu foto acuan yang akan dijiplak di atas plastik transparansi. Dulu sih masih ada transparansi merk 3M. Itu bagus sekali. Tinta inkjet mengering dengan cepat, tapi sudah lama sekali produknya tidak ada lagi di pasaran. Akhirnya saya pakai merk Fullmark, satu pak isi 50 lembar transparansi harganya sekitar Rp.200 ribuan. Transparansi merk Fullmark masih bisa dibeli di Tokopedia. Selain saya pakai untuk menjiplak dengan OHP, saya juga menggunakan transparansi ini dengan lightbox kalau perlu menjiplak di atas kertas cat air 300 gsm yang tebal. Hasilnya jauh lebih terang dan tajam dibandingkan menggunakan print-out di atas kertas HVS 80 gsm biasa. Printer yang saya gunakan untuk mencetak foto acuan di atas transparansi ini juga printer tua yang awet sekali, Epson L210 dengan pemindai dan sistem ink-tank. Tinta originalnya murah meriah. Printer ini menggunakan print head berteknologi micro piezo, menghasilkan cetakan dengan resolusi 5760×1440 dpi. Untuk keperluan mencetak foto acuan di atas transparansi, hasilnya sudah jelas banget, asal fotonya juga high-resolution.

Kedua, proyeksi OHP mudah mengalami distorsi. Ini disebabkan karena citra diproyeksikan menggunakan cermin. Bila posisi cermin tidak tepat, proyeksi akan mengalami distorsi. Trik yang saya gunakan untuk meminimalisasi distorsi adalah: posisi cermin proyektor harus sejajar dan lurus dengan bagian tengah kanvas. Sepengalaman saya, itulah yang membuat distorsi bisa diminimalisasi sekecil mungkin. Saya yakin pasti ada distorsi, tapi distorsinya bisa diminimalisasi sampai taraf tidak bisa dibedakan oleh mata. Menjiplak menggunakan OHP tidak akan sampai kelihatan aneh, lah, gambarnya. Kalau posisi cermin sudah sejajar dan lurus dengan bagian tengah kanvas, dan cerminnya pas di sudut 45o, biasanya sih distorsi sudah sulit dibedakan oleh mata. Kadang-kadang OHP harus saya ganjal dengan buku tebal kalau kurang tinggi. Dicari-cari saja posisi yang paling pas.

OHP saat sedang digunakan, ditaruh di atas peti beroda supaya mudah mencari posisi yang pas. Saat digunakan, OHP tidak boleh bergerak sedikit pun. Jangan sampai tersenggol.

OHP cocok untuk digunakan menjiplak di bidang besar, tapi konsekuensinya: kalau bidangnya makin besar, gambar akan makin buram jika dilihat dari dekat. Kalau sedang menjiplak di atas kanvas ukuran 200×300 cm, lumayan buram itu gambarnya. Kalau dilihat dari jauh sih tajam, tapi dari dekat dia buram. Saya biasa mematikan lampu ruangan supaya bisa melihat lebih jelas, kalau perlu saya memicingkan mata dan mundur sedikit. Mengerjakan bidang besar juga membutuhkan ruangan yang lebih luas karena OHP harus mundur ke belakang. Studio saya mungil, ukurannya cuma 3×3 meter, seperti kamar kost. Dan kanvas yang saya gunakan paling besar hanya ukuran 200×150 cm. Ruangan studio saya cukup untuk menampung OHP sekaligus dengan kanvas dan easel saat menjiplak. OHP ditaruh pada jarak 250 cm dari kanvas. Kalau saya perlu menjiplak kanvas ukuran lebih besar lagi, saya harus pindah ke ruangan tengah yang lebih besar.

OHP juga cocok untuk menjiplak obyek yang rumit, penuh dengan detail. Menjiplak sampai berjam-jam bukan masalah, OHP tetap bisa bekerja dengan baik. Bagian lingkaran terang di sisi badan OHP pada foto di atas adalah lubang berkisi untuk mengeluarkan udara panas. Saat menyala, lampu bisa bersuhu lebih dari 500oC, jadi panasnya harus dialirkan ke luar menggunakan kipas. Karena itu salah satu yang harus kita cek saat menggunakan OHP adalah: apakah kipasnya berfungsi dengan baik? Kalau tidak terdengar suara kipas sama sekali, artinya kipasnya mati, OHP harus segera dimatikan. Namun OHP lama saya kipasnya baik-baik saja walaupun sudah dipakai selama 18 tahun. Yang rusak itu lensa Fresnel-nya.

Karena terekspos panas selama bertahun-tahun, lensa tersebut mengalami peretakan halus yang merata di semua bagian. Itu menyebabkan proyeksi menjadi kurang tajam. Dan pada akhirnya, lensa Fresnel yang terdiri dari dua lapis plastik yang direkat di tepiannya, perlahan mulai menggelembung bagian tengahnya. Itu pada akhirnya membuat proyeksi hanya tajam di bagian tengah, bagian tepinya buram. Pada akhirnya proyeksi jadi terlalu buram dan OHP tidak bisa dipakai sama sekali. Beli lensa Fresnel baru harganya lebih mahal daripada beli OHP ini, jadi mendingan beli OHP baru.

Proyeksi foto acuan yang dicetak di transparansi ukuran A4, menggunakan kanvas dengan ukuran 200×150 cm. Terang dan tajam di semua sisi, semua detail terlihat jelas, termasuk di bagian yang gelap.

Demikianlah artikel singkat tentang OHP, alat andalan saya untuk menjiplak di atas kanvas. Saya sudah coba berbagai cara untuk menjiplak, pakai OHP adalah cara favorit saya soalnya mudah dan cepat, walaupun prosesnya sedikit ribet. Bila Anda adalah pelukis yang bekerja di bidang besar, termasuk untuk pengerjaan mural, dan tidak ingin mengeluarkan biaya terlalu besar untuk membeli proyektor digital, Anda bisa pertimbangkan menggunakan OHP. Ini bukan iklan, ya. Saya tidak dibayar oleh siapapun, saya hanya ingin berbagi pengalaman saja. Produk ini dijual di Tokopedia, nama tokonya di “TokoAlatPeraga”, tapi sebenarnya nama perusahaannya adalah Pudak Scientific, Jl. Pudak no. 4, Bandung. Di Google juga ada informasinya, bisa dihubungi lewat telepon, silakan kontak Ibu Rita Juwita. Selamat mencoba. 😊✌️

Tautan:

  1. OHP 3200 lumens: https://tokopedia.link/szqsET3kimb
  2. OHP 2500 lumens: https://tokopedia.link/eS2qkg6kimb
  3. OHP 2400 lumens: https://tokopedia.link/QHb5uk7kimb

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s