Teman-teman yang baik, di akhir bulan Juli 2022 lalu saya dikirimi seperangkat produk Cobra dari Royal Talens Indonesia. Ini adalah produk yang sebenarnya sudah dirilis lama oleh Royal Talens Belanda, tapi baru diimpor untuk dipopulerkan dan dijual di Indonesia. Dalam kapasitas saya sebagai duta jenama Royal Talens, saya bertugas untuk menguji produk ini dan menjelaskan karakteristiknya pada Anda semua, sesuai dengan kebiasaan saya melukis cat minyak di atas kanvas. Untuk dicatat, pengujian ini dilakukan di Indonesia yang beriklim tropis dengan fluktuasi suhu dan kelembapan yang khas. Ini kurang lebih akan serupa dengan kondisi musim panas di negara-negara empat musim, karena di musim dingin waktu pengeringan cat bisa jauh lebih panjang. Di Indonesia, secara umum, pengeringan cat minyak lebih cepat daripada di negara empat musim. Artikel ini menggunakan istilah ‘lejas’ dan ‘legap’. Keduanya adalah kata baku dalam Bahasa Indonesia. Supaya mudah diingat: ‘lejas’ = ‘jelas’ = ‘transparan’, ‘legap’ = ‘gelap’ = ‘opaque‘.
***
Cobra adalah cat minyak yang unik karena ia bisa dicampur air. Itu agak tidak masuk akal karena biasanya minyak tidak bisa disatukan dengan air, tapi kenyataannya tidak selalu begitu. Minyak sebenarnya bisa disatukan dengan air, untuk itu dibutuhkan sebuah zat aditif tertentu yang akan membuat molekul air dan minyak bisa saling mengikat dengan baik. Proses ini disebut ’emulsi’ dan zat aditif tersebut disebut ‘pengemulsi’ (emulsifier). Ini bukan sulap atau sihir, teknik ini sudah dikenal lama sekali. Seni lukis tempera menggunakan kuning telur untuk mengikat pigmen serbuk. Anda bisa menambahkan air dan minyak organik ke dalam campuran Anda, keduanya akan tercampur dengan baik. Dalam hal ini kuning telur berfungsi sebagai pengemulsi, persis seperti mayones. Bila Anda ingin membuat mayones sendiri, Anda harus mencampur minyak dengan perasan jeruk lemon atau larutan cuka. Itu adalah minyak dan air, mereka tidak bisa bersatu, tapi bila Anda tambahkan kuning telur lalu campurannya dikocok, terjadilah emulsi dan molekulnya bisa saling mengikat dengan baik. Prinsip tersebut diterapkan dalam pembuatan cat minyak Cobra.
Ada banyak perupa, baik profesional maupun amatir, yang senang melukis cat minyak, tapi tidak suka baunya. Sebetulnya yang bau bukan cat minyaknya, tapi pelarut yang digunakan untuk membuat imprimatura atau mencuci kuas/palet melukis. Itu patut disayangkan karena mereka terpaksa meninggalkan keunggulan cat minyak dan harus menggunakan cat akrilik yang kering terlalu cepat. Visi Royal Talens saat menciptakan cat minyak Cobra adalah: membuat cat minyak dengan mutu setara cat minyak konvensional, tapi bebas pelarut sehingga lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Sebagai perupa yang sudah menggunakan cat minyak selama hampir tiga puluh tahun saya penasaran. Saya ingin tahu seperti apa karakteristik Cobra bila dibandingkan dengan cat minyak konvensional?
Dalam banyak hal seringkali produk pengganti memiliki kekurangan tertentu karena tidak bisa persis sama seperti produk aslinya. Karena itu pada awalnya saya memiliki asumsi dan kekhawatiran tertentu. Pertama, saya khawatir Cobra akan mengering terlalu cepat, seperti cat akrilik, dengan begitu proses blending terpaksa dilakukan dengan terburu-buru. Kemudian, cat ini kok mudah dibersihkan, ya? Bila catnya mengenai meja, diusap dengan tisu pun bersih, hampir tidak ada bekasnya. Cat minyak konvensional terkenal sulit dibersihkan, kalau mau bersih kita harus menggunakan pelarut dan itu bau. Selain itu, saat membuat campuran warna dalam jumlah banyak saya juga merasa campurannya lembut, tidak sepadat cat minyak konvensional. Karena itu saya jadi berasumsi bahwa cat Cobra tidak terlalu legap. Lain dari itu saya juga khawatir warna seperti kuning, merah, atau biru jenis tertentu kekuatan pigmennya tidak sebaik Rembrandt atau cat minyak konvensional merk lain yang biasa saya pakai. Setelah saya coba, asumsi dan kekhawatiran tersebut terjawab.
Pertama, Cobra mengering persis seperti cat minyak konvensional, bahkan lebih lama. Cat minyak menggunakan pigmen yang terbuat dari mineral yang beragam sehingga waktu pengeringannya pun berbeda-beda. Namun secara umum cat minyak Cobra mengering dalam waktu lama sehingga blending bisa dilakukan sepuasnya di satu bahkan dua hari kerja. Dengan painting medium Cobra yang slow drying, cat mengering sempurna dalam waktu 24-72 jam, dengan medium Cobra yang quick drying, cat mengering dalam waktu 12-36 jam. Ini adalah proses pengeringan di kota Bandung dengan iklim tropis Nusantara. Di negara empat musim, setiap musim akan mengubah waktu pengeringan cukup drastis. Menggunakan kedua jenis medium ini, termasuk bila Anda melukis dry brush (tanpa medium sama sekali), cat tidak akan mengering seharian. Walaupun Anda melukis super halus seperti Botticelli, Cobra memberikan toleransi waktu lebih dari cukup untuk blending sepuasnya. Namun, bila Cobra Anda encerkan dengan air dalam jumlah cukup banyak, misalnya untuk membuat imprimatura (cat dasar), kecepatan keringnya mengagumkan.

Ini adalah lukisan kecil yang saya buat di atas kanvas kecil berukuran 20×30 cm. Setelah saya membuat sketsa dengan pensil mekanik lalu saya lapisi fixative, saya melapiskan imprimatura menggunakan warna burnt umber yang saya encerkan dengan air dalam jumlah cukup banyak. Campurannya amat lejas. Saya mengira karena ini cat minyak, keringnya akan jauh lebih lama, tapi ternyata tidak. Cobra yang diencerkan dengan air seperti ini mengering dalam waktu 15-20 menit, benar-benar mirip cat air. Dalam 20 menit saya sudah bisa melapiskan warna pertama saya. Ini mengejutkan dan menyenangkan untuk saya karena imprimatura kering dengan cepat dan tanpa bau sama sekali. Bila lapisan ini saya buat dengan cat minyak konvensional, prosesnya akan makan waktu lebih lama dan bau pelarutnya kuat sekali. Hal lain yang menyenangkan di tahap ini adalah: pigmen tidak terurai dan cerai-berai, tapi tetap solid. Pelarut biasanya akan membuat pigmen cerai-berai karena cat kehilangan pengikatnya. Cobra tidak seperti itu. Walaupun diencerkan dengan air dalam jumlah banyak, campurannya lejas, tapi tetap solid. Imprimatura ini saya buat hanya dengan satu lapis campuran saja dan Anda bisa lihat, pigmennya tetap solid, tidak ada yang pecah dan cerai-berai.

Kedua, dugaan saya terbukti. Warna titanium white dari seri Cobra Study dan Cobra Artist memang kurang legap bila dibandingkan dengan warna yang sama dari seri Van Gogh atau Rembrandt. Cobra Artist memang lebih legap daripada Cobra Study, mirip dengan Van Gogh, tapi tetap tidak bisa menyamai kelegapan Rembrandt. Anda bisa lihat bawah perut burung di atas, campuran terang berwarna oranye itu mengandung titanium white dan tidak tidak cukup legap untuk menutup imprimatura.
Berbeda dengan melukis cat air yang lejas, melukis cat minyak seringkali membutuhkan body. Body adalah massa yang membuat cat minyak menjadi legap dan mampu menutup lapisan di bawahnya dengan baik. Titanium white adalah warna yang paling cepat habis karena ia sering dipakai dalam banyak campuran warna untuk memberi body. Setelah imprimatura yang tipis dan lejas kering dengan sempurna, lapisan berikutnya membutuhkan sedikit kelegapan. Saat lapisan tersebut mengering, cat dengan kelegapan yang sama bisa diaplikasikan sampai berlapis-lapis di atasnya untuk mendefinisi semua obyek. Ketika obyek telah selesai dilukis, lapisan terakhir diaplikasikan secara lejas untuk memberi rona pada kulit atau memberi mood pada latar belakang. Dengan begitu aplikasi cat minyak dalam realisme melibatkan penggunaan cat yang lejas dan legap sekaligus, lapis-berlapis sesuai kebutuhan.
Warna putih yang tidak terlalu legap ini adalah karakter cat minyak Cobra. Bila Anda melukis secara alla prima dengan cat tebal, warna putih Cobra dan campuran warna yang dihasilkannya mampu menutup imprimatura dengan baik. Namun bila Anda menginginkan aplikasi cat yang tipis, Anda harus melakukannya dalam beberapa kali lapis. Saat melukis, kita memang tidak bisa mengharapkan aplikasi yang tipis dan merata hanya dalam satu kali lapis. Cat harus diaplikasikan secara tipis berlapis-lapis. Lapisan pertama memang akan terlihat lejas dan tidak merata, namun dua atau tiga lapis akan menyempurnakannya. Warna akan terlihat solid, mampu menutup garis sketsa maupun warna yang telah kering pada lapisan sebelumnya.

Ketiga, masalah kekuatan pigmen. Untuk menguji kekuatan pigmen Cobra, saya sengaja memilih obyek-obyek lukisan yang memiliki warna kuning, merah, atau biru yang terang dan kuat. Hasilnya ternyata bagus. Dalam dua-tiga lapis, warnanya muncul dengan kuat. Tinting strength Cobra Artist ternyata memang kuat, terutama yang berkode legap. Bila disokong oleh gesso bermutu baik, pigmen cat minyak akan meresap sebagian ke dalam gesso dan mengambang sebagian di permukaan. Dengan begitu warna cerah akan bertahan sampai lama sekali. Mutu pigmen Cobra tipe Artist sama dengan mutu pigmen Rembrandt karena pigmennya sama. Semua warna Cobra, baik seri Artist maupun seri Study, memiliki kode +++. Artinya dalam kondisi museum kekuatan pigmennya akan bertahan selama 100 tahun. Dalam dunia seni lukis, kualitas ini disebut ‘lightfastness‘, yaitu ketahanan suatu pigmen terhadap paparan ultraviolet. Cat diuji di laboratorium dan diberi paparan cahaya ultraviolet dalam kadar yang sangat terukur, sehingga ketahanan pigmennya bisa dihitung secara akurat.
Pada akhirnya yang menentukan apakah sebuah produk layak dibeli atau tidak adalah harganya. Seberapa mahalkah Cobra? Cobra Study memiliki harga sama untuk semua warna. Ada tube 40 ml dan ada yang 200 ml. Cobra Artist, seperti lazimnya cat artist grade, memiliki peringkat yang disebut ‘seri’, dari mulai seri 1 sampai seri 4. Makin tinggi serinya, makin mahal harganya. Itu disebabkan oleh bahan baku dan proses pembuatannya. Warna seri tinggi biasanya membutuhkan bahan baku yang lebih sulit didapat dan proses pembuatannya lebih panjang, karena itu harganya lebih mahal. Dalam kasus Cobra, baik seri Artist maupun seri Study menggunakan bahan baku yang sama sehingga kualitas pigmennya setara, tapi Cobra Study melalui proses milling yang lebih pendek, Cobra Artist lebih panjang. Milling adalah proses pencampuran pigmen dengan pengikat menggunakan mesin khusus dengan tiga silinder penggiling. Proses ini diulang-ulang untuk mencapai tingkat kerataan yang diinginkan. Proses inilah yang membuat Cobra Study bisa dijual dengan harga yang lebih murah dan harganya sama untuk semua warna.
Harga cat minyak Cobra Study, untuk tube 40 ml, sama dengan harga cat minyak Van Gogh seri 1 yang paling murah, sementara harga cat minyak Cobra Artist seri 4 yang paling mahal lebih murah 46% daripada harga cat minyak Rembrandt seri 5 yang paling mahal. Ini adalah harga yang tertera di toko resmi Royal Talens Indonesia, di bulan September 2022. Dengan begitu rentang harga cat minyak Cobra berada di tengah, antara Van Gogh dan Rembrandt. Bila Cobra adalah cat minyak konvensional, harga ini sebenarnya sudah cukup menarik. Namun rentang harga Cobra jadi lebih menarik lagi karena ia bukan cat minyak biasa.
Anda bisa mengencerkan Cobra dengan air untuk membuat wash imprimatura sebelum mulai melukis obyek. Pelukis biasa menggunakan pelarut yang bau sekali untuk keperluan itu. Bila diencerkan dengan air, Cobra terlihat seperti cat air atau akrilik, tapi pengeringannya sedikit lebih lama. Selain itu, pelarut sudah tidak diperlukan sama sekali sehingga bila Anda bekerja di ruangan tertutup ber-AC seperti di apartemen, bila Anda tidak suka—apalagi alergi—bau pelarut yang kuat, termasuk bila ada bayi/anak kecil atau anggota keluarga yang tidak kuat mencium bau pelarut di rumah, Cobra cocok untuk Anda gunakan. Mencuci kuas bisa dilakukan dengan air keran dan sabun cuci biasa. Royal Talens mengeluarkan produk sabun cuci tangan dan cuci kuas khusus, harganya tidak mahal dan bisa dipakai sampai lama. Saya sudah jelaskan di atas bahwa cat minyak Cobra mudah dibersihkan, tidak seperti cat minyak konvensional. Dengan begitu, walaupun Anda menggunakan kuas bulu asli yang harganya mahal, Anda tidak perlu khawatir kuas Anda akan rusak karena membersihkannya mudah sekali. Bila kita kurang teliti membersihkan, cat minyak biasa berkumpul di pangkal kuas, dekat ferule (silinder logam yang menjepit bulu kuas). Ini menyebabkan pangkal kuas menjadi keras dan makin lama makin tidak nyaman dipakai. Karena Cobra mudah dibersihkan, hal itu tidak terjadi.
Ini adalah sebuah kenyamanan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Melukisnya seperti cat minyak, keringnya lama, bisa blending sepuasnya, tapi saat mencuci kuas dan palet melukis, kemudahan dan kepraktisannya mirip seperti cat air. Saya melukis cat minyak sejak mahasiswa, saya sudah terbiasa dengan bau pelarut yang kuat. Bagi saya, melukis cat minyak dari sononya memang bau. Karena itu ada sensasi yang aneh, tapi menyenangkan, karena tidak ada bau sama sekali. Untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun, saya bisa membuat kursus cat minyak di ruangan tertutup ber-AC karena tidak ada baru pelarut sama sekali. Pelarut memang berbahaya bagi kesehatan dan berdampak buruk bagi lingkungan. Beberapa kampus seni rupa di negara-negara tertentu sudah melarang menggunaan pelarut di studio seni lukis. Solusinya adalah cat minyak Cobra.
Cat minyak Cobra karakteristiknya persis sama dengan cat minyak konvensional. Kekuatan pigmen Cobra Artist setara dengan Rembrandt. Kelegapan titanium white Cobra tidak sekuat Rembrandt, dengan begitu ia cocok untuk aplikasi yang berlapis-lapis. Bila Anda membutuhkan campuran yang lebih legap, misalnya untuk alla prima, Anda bisa mencampurnya dengan titanium white Rembrandt. Cobra keringnya lama, Anda bisa blending sepuasnya, bahkan bila Anda ingin melukis dengan gaya sfumato seperti da Vinci. Kelejasan pigmen saat membuat pelapisan warna bagus. Anda bisa melukis dengan gaya klasik Flemish dengan Cobra. Mediumnya ada empat jenis: slow drying, quick drying, paste medium (untuk impasto, aplikasi cat tebal) dan glazing medium (untuk pelapisan). Berbagai jenis medium ini akan mampu memenuhi berbagai macam gaya melukis Anda. Bila lukisan sudah kering sempurna, tersedia varnish jenis: gloss, matt, dan satin untuk melindungi karya Anda dari debu dan paparan ultraviolet, dengan begitu warnanya akan lestari untuk waktu lama. Selain itu, tentu saja Cobra adalah cat yang mudah dibersihkan, bisa diencerkan dengan air, bisa dicuci dengan air keran dan sabun, tidak mudah merusak kuas.
Apakah Cobra memiliki kekurangan? Ya, ada. Rentang warna cat minyak Cobra tidak sebanyak Rembrandt. Rembrandt memiliki 120 warna sementara Cobra Artist “hanya” memiliki 70 warna, Cobra Study 40 warna, dan ada warna-warna yang sama dalam kedua jenis cat tersebut. Namun saya tidak perlu warna sebanyak itu. Saya terbiasa menggunakan palet 10-12 warna untuk menjangkau spektrum warna lebar dalam gaya melukis realisme yang kadang tidak terduga. 10-12 warna itu bisa memenuhi 90% kebutuhan warna saya. Bila ada warna khusus yang tidak bisa saya dapat dengan mencampur, baru saya membeli warna khusus. Bila demikian, apakah mungkin Anda menggabungkan Cobra dengan cat minyak konvensional (dari merk apapun) saat melukis? Jawabannya: bisa. Bila rasio antara cat minyak konvensional dan Cobra adalah 1:5, Anda tetap bisa mencuci kuas dan palet Anda dengan air, namun lebih dari itu pencucian harus melibatkan pelarut.
Saya punya banyak sekali cat minyak konvensional yang sudah saya beli sejak lama, tapi belum habis juga hingga sekarang. Dalam kasus seperti itu saya tetap bisa menggunakan keduanya secara bersamaan, masih menggunakan pelarut bilamana diperlukan, dan saya membeli Cobra setiap kali saya butuh cat baru. Bila Anda tidak punya banyak cat minyak konvensional, atau bila Anda baru memulai hobi/profesi melukis dengan cat minyak, cobalah menggunakan Cobra.
Bermigrasi dari cat minyak konvensional ke cat minyak Cobra adalah sebuah perubahan paradigma. Cobra mendefinisi ulang pengertian kita tentang cat minyak. Cat minyak tidak harus ribet, tidak harus bau, tidak harus berbahaya bagi kesehatan dan berdampak buruk bagi lingkungan. Cobra bisa berubah karakter menjadi cat air saat diencerkan dengan air dalam jumlah banyak, ia bisa berkarakter legap seperti akrilik, tapi keringnya lama seperti cat minyak sehingga blending bisa Anda lakukan sepuasnya dengan tenang, tidak terburu-buru. Setelah letih melukis seharian, mencuci kuas adalah pekerjaan menyebalkan, tapi membersihkan kuas, pisau palet, dan palet warna sehabis melukis menjadi menyenangkan karena Anda cukup mencuci dengan air keran dan sabun. Kuas-kuas Anda yang paling mahal sekalipun akan awet dipakai karena tidak dicemari pelarut yang biasanya membuat bulu kuas menjadi kaku. Noda-noda cat minyak pada meja atau easel melukis Anda akan mudah dibersihkan, cukup dilap dengan tisu. Bila Anda melukis di ruangan tertutup ber-AC, bila di rumah Anda ada anak kecil atau bayi, bila istri, suami, atau anggota keluarga lain tidak suka dengan bau pelarut, atau bila Anda alergi terhadap pelarut, Cobra adalah pilihan terbaik. Semua keunggulan itu bisa Anda dapatkan dalam rentang harga yang masih masuk akal.
Kesimpulan saya adalah: saya bisa merekomendasikan Cobra pada Anda tanpa keraguan.
Demikianlah ulasan lengkap saya tentang cat minyak Cobra. Saya harap saya bisa berbagi antusiasme dengan Anda tentang sensasi yang menyenangkan saat melukis dengan cat minyak Cobra. Mulai bulan Desember 2022 hingga Agustus 2023, saya dan Royal Talens Indonesia berencana untuk membuat tur kursus cat minyak Cobra di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Bila Anda tertarik untuk mencoba keunikan Cobra, nantikan pengumumannya di akun Instagram @rehartanto dan @royaltalens.id. Terima kasih sudah membaca ulasan ini hingga tamat dan sampai bertemu di kelas. 😊🙏