Bab III – Untuk Peserta PEMULA

Selamat datang di halaman untuk peserta pemula. Di halaman ini, Anda yang benar-benar tidak punya pengalaman sama sekali bisa merasa tenang karena Anda akan dipandu langkah-demi-langkah. Bila Anda sebenarnya sudah punya pengalaman dan keterampilan menggambar tapi saya masukkan ke dalam kelompok pemula, jangan kecil hati, ya. Itu bukan berarti karya Anda jelek, saya hanya ingin Anda memiliki pondasi yang lebih mantap lagi untuk kekaryaan selanjutnya. Ingat bahwa untuk melompat, kita seringkali harus mengambil ancang-ancang dengan mundur terlebih dahulu. 🙂

==========

III.1 – Target Untuk Peserta PEMULA

Setelah kursus berakhir, saya ingin peserta tingkat pemula sudah memahami konsep gelap-terang dengan baik. Konsep ini tidak sulit untuk dipahami, dijelaskan satu kali pasti mengerti. Kedua, saya ingin para pemula memahami teknik dan disiplin observasi. Ini juga tidak sulit dipahami, hanya perlu diulang-ulang saat praktik saja. Yang ketiga adalah memberikan keterampilan mengarsir tingkat dasar dengan pensil grafit untuk mengaplikasikan gelap-terang dalam tiga pembagian.

III.2 – Konsep Gelap-Terang

Gelap-terang adalah pondasi realisme, tanpa gelap-terang realisme tidak bisa terwujud. Dalam pakem seni lukis klasik di Italia pada masa Renaissance, gelap-terang disebut chiaroscuro. Gelap-terang di sini persis seperti apa yang kita lihat dalam foto hitam-putih. Semua bentuk trimatra tunduk pada hukum cahaya. Bila ada sebuah obyek dijatuhi cahaya, pantulannya akan ditangkap mata kita dalam intensitas yang berbeda-beda.

Daerah yang tidak dikenai cahaya disebut shadow, intensitasnya paling rendah, kadang-kadang sampai gelap sekali. Daerah yang dikenai cahaya langsung disebut highlight, intensitasnya paling tinggi. Sementara itu, di antara shadow dan highlight adalah middle-tone yang intensitas cahayanya sedang. Ini dia konsep gelap-terang: shadow, middle-tone, highlight. Tidak rumit, bukan? Konsepnya memang mudah, praktiknya pun sebenarnya tidak susah. Hanya perlu diulang-ulang saja. Makin sering diulang, Anda pasti makin jago.  🙂

III.3 – Disiplin & Teknik Observasi

Di Klinik Rupa Dokter Rudolfo, mata adalah leader, tangan itu follower. Tangan tidak boleh nyoret-nyoret ke sana-sini secara spontan. Yang mampu mencoret-coret secara spontan tapi hasilnya bagus hanya maestro, pemula tidak. Disiplin observasi di KMD adalah: amati dulu obyeknya baik-baik. Tentukan dulu bagian mana yang mau digambar. Segelap apa, sudutnya ke arah mana? Ambil dulu keputusan. Kalau sudah ada keputusan, baru tangan boleh mencoret. Sebelum ada keputusan, tangan tidak boleh menarik garis. Itulah disiplin observasi.

Dalam disiplin realisme melukis yang benar dimulai dari menggambar yang benar, menggambar yang benar dimulai dari melihat yang benar. Maka keberhasilan sebuah karya realisme dimulai dari observasi, dan rahasia observasi sebenarnya sangat sederhana: picingkan mata Anda. Para perupa yang berkarya dalam disiplin realisme, dari mulai pemula sampai maestro, semuanya memicingkan mata saat mengobservasi obyek.

Saat melihat obyek dengan mata terbuka, kita bisa melihat sampai ke rinci. Dengan memicingkan mata, rinci akan hilang dan kita akan melihat blok gelap-terang secara general. Dengan begitu akan mudah bagi kita untuk menentukan pembagian intensitas cahaya, atau saat kita membandingkan intensitas cahaya di satu bidang dengan bidang yang lain.

Sebuah obyek yang harus digambar, misalkan: seraut wajah, gelap-terangnya sangatlah rumit, tapi jangan gentar dengan kerumitannya. Pecahkan kasus gelap-terang yang rumit itu menjadi tiga bagian dulu: shadow, middle-tone, highlight. Caranya? Picingkan mata lalu bagi gelap-terang yang rumit itu menjadi tiga bagian. Bila Anda sudah berhasil memetakan tiga bagian tersebut, fokuslah di shadow, lalu picingkan lagi mata Anda. Ternyata shadow pun masih bisa dibagi menjadi tiga bagian lagi, dan seterusnya.

Dalam observasi gelap-terang, Anda tidak peduli dengan form. Tak usah pusingkan Anda sedang menggambar mata, hidung atau mulut, abaikan semua. Fokuslah pada gelap-terangnya saja. Berlakulah seperti lensa kamera. Lensa kamera tidak peduli pada bentuk yang ia tangkap, ia hanya menangkap intensitas cahaya. Dengan begitu, apabila karya Anda terlihat realistik dan fotografis, itu adalah dampak dari observasi yang teliti terhadap intensitas cahaya. Itulah prinsip observasi dalam realisme.

III.4 – Teknik Menggambar

Mereka yang tidak pernah menggambar pasti kaku tangannya saat menggoreskan pensil di atas kertas. Dengan begitu garisnya juga kaku, tidak luwes. Itu bisa terjadi karena sikap yang keliru. Mereka menggambar dengan gerakan tangan seperti menulis. Menggambar itu berbeda dengan menulis. Saat menulis, hanya buku jari tangan yang bekerja, padahal saat menggambar pergelangan tangan juga ikut bekerja. Kalau bidangnya lebih besar, siku turut bekerja. Bila bidangnya besar sekali, bahu bahkan pinggang juga bisa ikut bekerja.

Untuk Anda yang merasa tidak bisa menggambar sama sekali, sebelum menggambar saya sarankan melakukan senam pensil . Ini hanya coret-coret saja untuk melemaskan tangan, ya, jadi tidak usah pakai kertas yang bagus. Pakai kertas/koran bekas pun oke.

Dengan melakukan senam pensil 3-5 menit lamanya sebelum menggambar, tangan Anda akan jadi lebih luwes. Selain itu, senam pensil juga berguna untuk menanamkan kesadaran di benak Anda bahwa Anda sedang menggambar, bukan menulis. Saya jamin garis Anda akan jauh lebih luwes bila Anda lakukan senam pensil sebelum menggambar.

Tip kedua dalam teknik menggambar untuk pemula adalah: jangan membuat garis panjang. Buatlah garis yang pendek, lurus, patah. Jangan ada garis melengkung. Membuat garis panjang, melengkung, apalagi panjang dan melengkung, membutuhkan latihan berulang-ulang untuk membentuk muscle memory di tangan dan neural pathway di otak kita. Koordinasi yang baik antara keduanya membuat perupa yang terlatih bisa membuat garis panjang dengan akurat.

Pemula kalau membuat garis panjang, mau maksudnya lurus atau melengkung sama saja, pasti salah karena modalnya tidak ada. Muscle memory tidak ada, neural pathway tidak ada. Jadi buat garis yang pendek-pendek saja, ya, maksimal 2cm sudah cukup. Coba lihat lagi hasil jiplakan di bawah ini. Ini sebenarnya dibuat dengan garis-garis pendek yang lurus patah. Lengkungan terbuat dari beberapa garis lurus yang saling bersambung. Bila garis Anda kurang mantap dan Anda perlu mengulang, tidak apa-apa, yang penting maksimal 2cm, dan garisnya lurus-lurus saja, ya.

III.5 – Teknik Mengarsir

Keterampilan dan teknik mengarsir fundamental untuk mendefinisi gelap-terang dengan baik, terutama dengan pensil grafit. Di Klinik Rupa Dokter Rudolfo, siswa bisa menghabiskan waktu antara 4-8 bulan untuk berlatih mengarsir sampai arsirannya menjadi sangat terkontrol. Mereka yang arsirannya belum matang biasanya arah arsirannya berubah-ubah, kerapatan garisnya merenggang dan menyempit, selain itu tekanannya juga berbeda-beda. Butuh waktu berbulan-bulan untuk melatih arsiran sampai konstan, tapi kursus ini hanya tiga minggu lamanya. Karena itu kita akan menggunakan strategi yang berbeda.

Cobalah membuat arsiran seperti ini. Lebarnya hanya sekitar 2mm, memanjang dari kiri ke kanan. Ketika dilanjutkan ke baris berikutnya, akhirnya arsiran seperti ini jadi kelihatan seperti bordiran. Dengan memendekkan arsiran menjadi 2mm, kontrolnya jadi lebih mudah. Silakan dicoba, dan cobalah menggunakan berbagai jenis ukuran pensil. Bila arsiran Anda sudah mulai terasa stabil, mari kita lanjutkan ke tugas kedua.

III.6 – Tugas KEDUA

Coba picingkan mata Anda lalu lihat buah pir ini. Ingat, kita selalu membagi gelap-terang menjadi tiga bagian dulu, supaya mudah. Bisakah Anda menentukan daerah mana shadowmiddle-tone, dan highlight? Bila Anda sudah menentukannya, gunakan tiga jenis pensil yang berbeda ukurannya (misalnya 5B untuk shadow, 2B untuk middle-tone, 2H untuk highlight). Praktikkanlah jenis arsiran pendek 2mm yang dicontohkan dalam video di atas. Apabila arsiran ini nanti dirasa kurang efektif, tenang, masih ada jenis arsiran lain. Namun akan saya terangkan via Whatsapp, ya.

III.7 – Latihan Arsiran Melingkar

Selasa, 4 Agustus 2020. 13:00 WIB

Teman-teman yang baik, terima kasih sudah mengumpulkan tugas pertama dengan cepat. Dari semua tugas yang masuk, saya perkirakan setengahnya masuk kelas pemula. Permasalahan di kelas pemula adalah permasalahan mendasar, yaitu: arsiran belum matang dan observasi gelap-terang belum teliti. Kita bahas satu persatu, ya.

Arsiran yang matang adalah arsiran yang: 1) arahnya teratur, 2) kerapatan antar garisnya sama, 3) tekanannya terkontrol. Tidak ada rahasia atau jalan pintas untuk mencapai arsiran yang matang, arsiran harus dilatih terus-menerus. Walaupun demikian ada cara tertentu untuk meningkatkan mutu arsiran ke tingkat yang lebih tinggi, bagi para pemula.

Sekarang mari kita lihat tugas kedua untuk pemula, yaitu buah pir. Saya sudah menjiplak buah pir ini menggunakan pensil ukuran B. Garisnya tipis saja, dan seperti yang sudah saya instruksikan, saya tidak membuat garis panjang. Garis saya pendek, lurus, patah. Ini dia hasilnya:

Nah, tugas kita selanjutnya adalah mengisi bidang gambar ini dengan arsiran, sesuai dengan gelap-terang yang didiktekan oleh gambar acuan. Di sinilah permasalahan para pemula dimulai. Ada yang garisnya kaku; ada yang garisnya terlalu panjang dan tidak mengikuti kontur, ada yang garisnya terlalu kuat tapi liar tak terkendali; ada juga yang mengarsir dengan takut-takut sehingga hasilnya tipis sekali, dsb. Ini semua lazim dialami para pemula.

Secara umum, permasalahan garis dan arsiran para pemula itu terbagi menjadi tiga. Yang pertama: garisnya terlalu kasar, tekanannya kuat dan ekspresif. Kalau yang menggambarnya sudah kelas maestro sih hasilnya bisa bagus sekali, tapi kalau yang menggambarnya pemula, garis/arsiran dengan tekanan kuat yang ekspresif itu liar, tidak terkendali, tidak mampu mendefinisi gelap-terang dengan baik. Ada pemula yang sengaja menggambar dengan gaya ekspresif penuh percaya diri, tapi garisnya sih ngawur.

Kedua, kebalikan dari yang pertama, ada yang tekanan tangannya terlalu ringan. Tekanan tangan yang ringan itu bawaan orok, tapi bila ditambah dengan ketidakpercayaan diri, ringannya tambah-tambah. Akhirnya gambar jadi tipis dan kelihatan pucat. Ini kebalikan dari yang pertama. Sementara yang ketiga, ada orang-orang yang memang tidak pernah menggambar sehingga garisnya kaku, terlalu panjang, arahnya arsirannya acak, dsb. Itu dia tiga karakteristik garis para pemula. Sekarang, bagaimana cara mengatasinya?

Lihatlah arsiran ini. Ini arsiran yang dibuat dengan pensil B yang ditekan secara ringan. Gerakannya cuma melingkar seperti tali, bergerak dari kiri ke kanan. Kalau dilihat dari jarak sedekat ini kelihatannya tidak terlalu rapi, bukan? Coba sekarang kita lihat agak dari jauh, jadi ukuran gambarnya saya perkecil.

Karena ukurannya diperkecil, arsiran ini kelihatannya jadi lebih homogen, thus lebih rapi. Ini adalah prinsip yang pertama dalam arsir-mengarsir. Arsiran akan kelihatan rapi kalau dilihat dari jauh, padahal kalau dari dekat sih tidak rapi-rapi amat. Dengan menerapkan prinsip yang sama, arsiran akan kelihatan rapi kalau ukurannya kita perkecil. Masalahnya, bagaimana cara membuat arsiran yang kecil kalau tekanan tangan saya kuat dan garis saya ekspresif? Mundurkan posisi tangannya mendekat ke pangkal pensil.

Posisi pensil untuk mereka yang tekanan tangannya kuat.

Dengan memundurkan posisi tangan ke pangkal pensil, tekanan tangan Anda otomatis akan berkurang. Sebaliknya, bila tekanan tangan Anda terlalu ringan, dekatkan tangan Anda ke ujung pensil, dengan begitu tekanan tangan Anda akan lebih mudah tersalur saat mengarsir.

Posisi pensil untuk mereka yang tekanan tangannya terlalu ringan.

Nah, sekarang untuk latihan, silakan buat arsiran melingkar seperti di atas dengan menggunakan pensil B sebanyak 1 halaman A4. Buat arsiran melingkar satu baris-satu baris. Fokus, sabar, dinikmati. Anggap saja ini meditation in action. Pertama, duduknya yang bener dulu. Posisi duduk jangan awkward, harus bener duduknya. Tulang punggung lurus, jangan miring. Posisi kertas dan tangan dicari yang paling enak. Kertasnya harus miring, nggak apa-apa. Miringkan saja, yang penting enak posisinya.

Tekanan tangan Anda harus ringan-ringan saja. Sekitar 20% pressure, jangan lebih. Bila tekanan tangan Anda kuat, mundurkan tangan sampai ke pangkal. Pakai pensil yang masih panjang, jangan pakai yang pendek. Pakai perasaan ngarsirnya, lightly, gently. Napas yang teratur, tenang. Lalu buat arsir dari kiri ke kanan. Kalau Anda kidal, arsirannya dari kanan ke kiri juga tidak apa-apa.

Arsirannya nggak sempurna, tidak apa-apa. Teruskan dan perbaiki. Kalau arsiran Anda bagus, sip, pertahankan. Mau hasilnya bagus, mau hasilnya kurang bagus, kita tetap move-on, tetaplah mengarsir dengan ringan dan tenang. Pertahankan fokus Anda. Silakan kerjakan sampai selesai 1 halaman A4, sesudah selesai, kirimkan hasilnya pada saya. Contoh cara mengarsir bisa dilihat di video ini, selamat berlatih. 🙂

Untuk Anda yang arsiran melingkarnya masih belum bisa terlalu rapat, silakan gunakan foto acuan ini untuk menggambar tugas kedua. Buah pirnya sih masih sama, tapi ukurannya diperbesar, sehingga lebih enak untuk diarsir secara tidak terlalu rapat.

III.8 – Panduan Aplikasi Arsiran Melingkar Pada Obyek Buah Pir

Kamis, 6 Agustus 2020. 16:00 WIB

Teman-teman, ada beberapa di antara Anda yang masih kesulitan mengaplikasikan arsiran melingkar pada obyek buah pir. Panduan ini akan memperlihatkan prosesnya langkah demi langkah, ya.

Pertama, ini adalah hasil jiplakan buah pir. Ini obyeknya berasal dari Bab III.6, jadi ukuran buah pirnya kecil (soalnya yang dari Bab III.7 ukuran buah pirnya lebih besar, kertasnya sih sama, A4).

Sesudah buah pir selesai dijiplak, saya mengaplikasikan arsiran melingkar di daerah sekitar highlight dulu. Saya menggunakan pensil 3H, jadi garisnya cukup tipis. Hasilnya seperti ini. Garis-garis batas bekas jiplakan itu mengganggu arsiran, ya. Saya hapus dulu, deh, dan hasilnya seperti ini:

Nah, sekarang arsiran saya tidak terganggu. Saya teruskan bekerja menggunakan pensil ukuran 2B untuk mengisi daerah middle-tones yang lebih gelap daripada sebelumnya. Di bagian shadow yang gelap di daerah bawah, saya gunakan pensil 5B. Bila terlihat perbedaan tingkat kegelapan, saya hanya membedakan tekanannya aja. Hasilnya seperti ini:

Segini aja sebenarnya ilusi tiga dimensinya sudah cukup kelihatan, tapi masih samar, belum tegas. Masih banyak daerah yang masih terlalu terang, harus digelapkan lagi. Kalau daerahnya harus digelapkan lagi, saya tumpuk arsirannya. Misalnya middle-tones yang tadi sudah saya isi menggunakan pensil 2B, saya timpa lagi dengan pensil yang sama, dengan arsiran melingkar yang sama. Daerah itu jadi lebih padat arsirannya, thus jadi lebih gelap.

Nah, karena arsirannya sudah ditumpuk dan terjadi layering, garis-garis arsiran yang berupa lingkaran itu jadi makin samar. Yang tersisa palingan hanya arsir melingkar di daerah highlight, karena dia belum ditumpuk. Yang lain sudah makin padat jadi yang terlihat hanya arsiran gelap-terang saja. Walau begitu, ini masih belum akurat gelap-terangnya. Bagaimana cara mengobservasi gelap-terang dengan akurat? Caranya mudah, gunakan sistem swipe:

  1. Foto gambar buah pir Anda dengan gawai Anda
  2. Foto print out foto acuan Anda, atau save file digitalnya dari blog
  3. Setelah itu, swipe bolak-balik ke kanan ke kiri, jadi Anda melihat foto gambar Anda dan foto acuan berganti-ganti dengan cepat
  4. Jangan lupa picingkan mata Anda
  5. Bandingkan, daerah mana yang kurang gelap?
  6. Sudah ketemu daerah yang kurang gelap? Silakan koreksi, tumpuk lagi layer-nya
  7. Sesudah ditumpuk, cek lagi. Ulangi lagi prosedur nomor 1, dst.
  8. Lakukan sampai gelap-terang di foto acuan dan di gambar Anda perbedaannya sedikit sekali, sampai susah dibedakan

Tidak sulit, bukan? Sekarang saya akan meneruskan gambar buah pir ini sampai gelap-terangnya mirip dengan foto acuan. Yang perlu saya lakukan adalah menambah gelap di daerah middle-tones yang luas itu saja. Hasilnya seperti ini:

Pensil itu punya kemampuan maksimum. 2B kalau ditekan secara ringan hasilnya light, kalau ditekan kuat dia akan lebih gelap, tapi segelap-gelapnya 2B, tetap akan kalah sama 3B. Jadi bila Anda merasa ini pensil sudah digosok bukannya tambah gelap malah tambah kinclong doang, ganti pensilnya. Nah, begitulah tip mengarsir dan gelap-terang untuk Anda, para pemula.

III.9 – Tugas Ketiga

Jumat, 7 Agustus 2020. 12:00 WIB

Dengan menerapkan apa yang sudah dikerjakan sebelumnya, sekarang Anda saya beri tugas baru. Kelihatannya seperti sulit, tapi sebenarnya tidak. Hanya bidangnya saja yang besar dan lebih banyak, mengerjakannya pasti lebih lama, tapi kesulitannya sih sama saja dengan sebelumnya. Ini dia tugas baru Anda:

Kali ini, gunakanlah arsiran rumput untuk mengerjakan tugas ketiga ini. Ini dia contoh arsiran rumput:

III.10 – Membagi Wilayah Gelap-Terang dan Membuat Blending

Untuk bisa menggambar obyek apapun juga secara realistik dengan pensil grafit, Anda hanya membutuhkan dua hal: 1) arsiran yang baik 2) observasi gelap-terang yang benar. Sebelumnya Anda sudah melatih tangan Anda dengan arsiran melingkar, sekarang waktu melatih bagaimana seharusnya mata Anda melihat obyek.

Pemula yang baru berlatih realisme seringkali bingung dan sulit menentukan batas-batas gelap-terang. Itu membuat frustrasi, saya sendiri mengalaminya. Kita lihat contoh di bawah ini, ya:

Sekarang bila Anda memicingkan mata dan membuat tiga pembagian, hasilnya akan seperti ini:

Kenapa bisa begitu? Kenapa garis putus-putusnya ada di situ? Kenapa garis putus-putusnya tidak ada di sebelah sini misalnya:

Pemula sering sulit menentukan masalah seperti ini. Mereka tidak mampu memutuskan secara definitif di mana batas wilayah A dan wilayah B bertemu. Persoalannya itu sebenarnya sederhana, mereka menginginkan batas yang pasti untuk sebuah wilayah yang tidak pasti. Begini penjelasannya.

Saat sebuah obyek baru dibagi tiga, itu berarti kita membagi gelap-terang dalam pembagian yang general atau global. Di mana-mana kalau wilayah baru dibagi secara general, tidak masalah kalau pembagiannya tidak akurat. Jadi sebenarnya kalau melihat contoh buah pir di atas, mau garis putus-putusnya seperti contoh yang di atas maupun yang di bawah, bukan masalah. Pembagian harus akurat kalau sudah mencapai daerah yang spesifik atau lokal. Jadi kita bekerja dari yang general ke yang spesifik, dari yang global ke yang lokal. Saat bekerja di global, nggak akurat nggak apa-apa. Saat mengerjakan yang lokal, baru kita berusaha akurat. Orang sering menyebutnya fine tunning.

Jadi pemula yang sering kebingungan menentukan garis batas wilayah saat bekerja itu sebenarnya ngeyel pengin akurat pada saat dia bekerja di tahap general. Ya jelas nggak akan ketemu titik akuratnya di mana. Lihatlah, batas wilayah itu kabur begitu, kok. Dalam seni lukis, pertemuan dua bidang ada dua jenis: 1) hard edge 2) soft edge. Hard edge adalah saat dua bidang bertemu secara tegas karena perbedaan gelap-terangnya jelas. Soft edge adalah saat dua bidang bertemu secara nge-blur. Dalam sebuah citraan yang realistik, keduanya eksis.

Menentukan titik batas yang pasti di daerah soft edge ya sudah jelas pasti susah, lah. Dikira-kira saja, bukan masalah, kok. Jadi saat pertama kali bekerja, jangan takut membagi bidang, ya. Pembagiannya baru tiga aja, kok, bagi aja yang simpel. Jangan takut salah soalnya kita memang pasti bikin salah. Dalam seni gambar dan seni lukis, setiap tahap adalah koreksi dari tahap sebelumnya.

Nah, selanjutnya, wilayah yang sudah dibagi menjadi tiga bagian itu sekarang kita bagi lagi. Coba perhatikan obyeknya baik-baik, picingkan mata Anda. Daerah shadow itu masih bisa kita bagi lagi. Middle-tones juga. Highlight sih nggak lah, pokoknya terang aja highlight mah. Seperti ini kira-kira sub-pembagiannya:

Kelihatan, nggak? Shadow 1 adalah yang paling terang. Shadow 2 lebih gelap. Shadow 3 gelap banget. Itu dia prinsipnya. Di tahap ini, kalau kita membagi bidangnya belum akurat, ya masih nggak apa-apa. Sengawur-ngawurnya kita di tahap ini, pasti lebih akurat dibandingkan di tahap berikutnya, soalnya bidangnya kan tambah kecil. Nah, jadi kalau bagi-bagi bidang, nggak usah terlalu takut dan terlalu bingung, ya. Pembagian pada shadow ini juga berlaku bagi middle-tones, juga highlight. Dan kasus cahaya itu macam-macam. Ada yang shadow sama highlight-nya simpel, middle-tones-nya rumit dan terbagi-bagi menjadi banyak sekali bidang. Di gambar buah pir ini, highlight-nya simpel banget cuma satu step.

Nah, begitulah soal pembagian bidang. Silakan dicoba saat mengerjakan tugas ketiga, bejana keramik dari lukisan “Penjual Air dari Sevilla”, karya maestro Spanyo, Diego Velazquez. Sekarang ada satu tip lagi yaitu cara membuat blending dengan arsiran rumput dan pensil grafit. Caranya mudah sekali. Ini contohnya:

Bidang sebelah kiri diarsir menggunakan pensil 4B. Sebelah kanan dengan pensil 3H. Jaraknya cukup jauh, berbeda 5 tingkat. Nah, sekarang kalau kita mau membuat bidang sebelah kiri yang gelap ngeblur ke bidang sebelah kanan, caranya adalah: gunakan pensil yang ukurannya ada di antara keduanya, yaitu pensil ukuran B. Kita harus mengarsir dengan cara menumpuk di atas bidang terang di sebelah kanan. Seperti ini:

Masih belang, ya? Nggak apa-apa. Anda perlu lihat, saat saya menggunakan pensil B lalu mengarsir di bidang kanan yang terang, saat mendekati akhir arsiran, tekanan pensil saya kurangi lalu hilang. Persis seperti lagu yang pelan-pelan suaranya mengecil lalu hilang, fade out gitu. Itu penting saat kita membuat blending, kita harus mampu memainkan tekanan tangan kita. Sekarang saya menggunakan pensil 2B untuk mengurangi efek belang tadi, ya.

Lalu saya gunakan pensil 3B untuk mengisi daerah yang paling dekat dengan perbatasan kedua bidang.

Kelihatannya masih agak kasar, ya. Coba picingkan mata Anda lalu lihat efek blending-nya. Karena terjadi penumpukan, daerah tengah malah lebih gelap daripada 4B, namun blending sudah terjadi dari mulai pertengahan bidang sampai ke arah kanan. Dengan begitu intinya yang kita lakukan adalah menumpuk arsiran seperti skema ini:

Paham, ya? Mainkan tekanan tangan Anda, pasti bisa. Lihat contoh di bawah ini, ini adalah latihan arsir rutin di Kursus Privat Program Spartan:

Selamat berlatih. 🙂

III.11 – Tugas Keempat

Rabu, 12 Agustus 2020

Teman-teman pemula, ini adalah tugas baru Anda. Pada akhirnya materi KMD003 menyentuh hal yang selama ini menjadi fokus Klinik Rupa Dokter Rudolfo: portratures.

Menggambar wajah tidak sama dengan menggambar buah atau bejana. Wajah adalah sebuah obyek organik yang dinamis, punya identitas, punya karakter, punya emosi. Kita sedang menggambarkan sesuatu yang hidup, jadi cara menggambarnya juga berbeda.

Pertama, arsiran silakan dicoba mengikuti kontur wajah. Bagaimana cara mengikutinya? Sebetulnya mudah. Perhatikan baik-baik foto acuan Anda dari dekat. Lakukan zoom in lalu perhatikan contoh di bawah ini:

Bila diperhatikan baik-baik dari jarak dekat, kita sebenarnya bisa melihat bahwa foto acuan kita sudah memberikan ‘saran’ ke arah mana arsiran harus kita arahkan. Untuk itu tentu saja kita harus menafsirkan karena kadang-kadang ‘saran’ itu tidak terlalu jelas. Silakan bandingkan foto di kanan, di mana arah panah bergerak dan menuju, dengan foto di kiri untuk melihat kontur aslinya. Bila Anda mampu menafsirkan ke arah mana arsiran harus diarahkan, Anda akan mampu membuat gambar wajah dengan pensil grafit, dengan arah arsiran yang berbeda-beda, tidak lagi sama seperti arsiran melingkar atau arsiran rumput. Silakan lihat contoh di bawah ini:

Ini adalah karya Lakshmi, salah satu murid Kursus Privat Program Spartan kelas pemula. Ini adalah sebuah contoh gambar yang cukup ekstrim, ya, soalnya Lakshmi adalah murid saya yang tekanan tangannya paling kuat. Jadi saya tidak bilang Anda harus membuat tugas keempat dengan arsiran seperti arsiran Lakshmi, saya hanya ingin menunjukkan bagaimana arah arsiran bisa dimainkan dalam tugas ini.

Setiap orang punya jenis arsiran khasnya sendiri, setiap seniman mencari keunikan ini. Seringkali kita dengan sekali lihat sudah tahu bahwa itu adalah arsiran Van Gogh, arsiran Rembrandt, arsiran Sudjojono, arsiran Affandi, dsb. Ini arsiran Lakshmi di awal latihan, masih terlalu keras. Arsirannya berbulan-bulan kemudian jadi lebih halus dan efisien namun tetap punya karakter tegas yang sama. Anda saya persilakan mencoba arsiran Anda sendiri.

Kalau mau halus, silakan. Kalau mau kasar, silakan. Kita lihat bisa diarahkan ke mana arsiran Anda. Masih ada waktu tersisa untuk membentuk arsiran Anda. Namun bila Anda merasa arsiran Anda masih basic banget, masih harus banyak belajar, tidak apa-apa. Kerjakan saja dengan arsiran rumput, itu juga cukup. Bagi para pemula banget, mengarsir secara monoton dan matematis tetapi correct, itu lebih disarankan. Apapun juga tingkat kemampuan mengarsir Anda, akan saya dampingi. Selamat berlatih. 🙂