Halo, kawan-kawan semua. Apakah Anda sudah nyoblos di Pilpres 2014? Saya sempat nyoblos, sempat juga jadi Golput yang aktif datang ke TPS dan sengaja merusak surat suara saya, tapi terakhir saya juga sempat nggak nyoblos karena saya tidak peduli. Hari ini saya yakin harus nyoblos dan memberikan dukungan suara saya dan suara istri saya.
Banyak kekhawatiran dalam pemilu kali ini, berbeda dengan suasana reformasi yang pernah saya rasakan saat menjalankan Tugas Akhir antara tahun 1997-1998. Pada saat itu, hampir seluruh komponen masyarakat menolak Suharto. Suara dari rakyat banyak itu menyebar ke pusat dan akhirnya memasuki istana negara, sampai ke titik paling dekat dengan Suharto. Pada saat Suharto lengser, kami yakin bahwa itu merupakan momen diturunkannya selembar bendera di atas sebuah pegunungan tinggi. Pilpres tahun 2014 ini, masyarakat seperti terbagi dua. Saya kira ini adalah momen yang mengguncang pegunungan tinggi tempat bendera Suharto dahulu pernah diturunkan.
Saya benar-benar berharap kita semua bisa melalui fase menentukan ini dengan lapang dada dan kepala jernih. Supaya kita bisa mengalami perubahan ini dengan tenang dan damai. Barangkali naif kalau membayangkan perubahan bisa terjadi tanpa pergolakan, tetapi saya tetap berharap dan berdoa dengan cara saya sendiri. Namun bagi saya sendiri, dan ini cukup aneh karena kejadiannya mirip sekali dengan fase 1997-1998, saya merasakan “pinjaman” energi besar dalam proses kekaryaan saya karena nasib bangsa sedang dipertaruhkan. Bagi saya, si pelukis yang bekerja di desa, ini adalah sebuah momen penuh berkat penciptaan yang harus disyukuri. Akhirnya, setelah bertahun-tahun mendamba, saya menemukan apa yang saya cari. Saya sedang sangat intensif menulis dan mulai melukis sekarang.
Kembali pada Pilpres 2014 dan haluan yang akan menentukan hidup kita semua, bangsa Indonesia, saya harap kita menyadari bahwa perjuangan bapak-bapak bangsa kita dahulu untuk menyatukan ratusan juta rakyat Indonesia adalah hal yang amat besar maknanya. Jangan mau dipecah-belah karena itu akan membawa penderitaan bagi masyarakat bawah selamanya. Dalam perspektif kebangsaan yang besar, di tengah segala dinamikanya, kita semuanya sejatinya bersaudara. Salam.