Modul Latihan: GARIS dan GELAP-TERANG (ML1)

Modul: Latihan
Fokus: Garis & Gelap-Terang
Media: pensil grafit di atas kertas
Ukuran karya: bebas
Tagar: #klinikrupadrrudolfo #latihan_01
Durasi: Senin, 3 Nopember 2014 pukul 09.00 WIB sampai Jumat, 7 Nopember 2014 pukul 21.00 WIB.
Pembahasan: Minggu, 9 Nopember 2014, pukul 21:00 WIB

***

Halo, semua. Modul latihan ini adalah modul latihan Klinik Rupa dr. Rudolfo yang pertama banget. Modul latihan ini dibuat menanggapi usul Okke Sepatu Merah, seorang pasien di klinik kita yang juga merupakan seorang pengajar seni rupa di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Terima kasih, Okke! 🙂 Oke, modul latihan kali ini adalah tentang GARIS dan GELAP-TERANG. Media yang akan kita pakai adalah PENSIL GRAFIT. Kalau Anda ingin menggambar/melukis dengan media lain silakan saja, tapi tidak akan saya bahas sama sekali karena saya fokus pada pensil grafit, media yang menurut saya kurang dilatih oleh banyak pasien di Kelas Cupu. Saya melihat dua kecenderungan di klinik: ada yang senangnya menggambar dengan halus dan ada yang senang menggambar dengan kasar.

Untuk mereka yang senang menggambar halus, silakan unduh gambar di bawah ini. Klik semua gambar untuk membuka dalam ukuran sebenarnya (lebih besar). acuan_halus

Ini adalah patung kepala Putri Léontin van Radziwill, hasil karya Christian Daniel Rauch tahun 1836, koleksi Galeri Nasional Berlin, Jerman. Patung ini terbuat dari gips dan dikerjakan dengan sempurna. Bila Anda senang membuat garis halus dengan tekun, rapi dan akurat, silakan Anda mengambil foto ini sebagai acuan berkarya Anda. Fotonya cukup besar jadi bisa dicetak di kertas ukuran A4, tidak ada masalah. Foto ini saya pinjam dari situs friendsofart.net lewat tautan berikut ini.

Sementara untuk mereka yang senang dengan garis-garis yang kasar, termasuk mereka yang belum terlatih menggaris atau betul-betul masih awam, silakan unduh gambar di bawah ini. Para pemula banget saya sarankan mengambil acuan foto yang ini ya, untuk dikerjakan:

acuan_kasarSaya tidak tahu ini karya siapa, saya mendapatkan foto ini dari Goggle dan menemukannya di sebuah situs desain, kelihatannya firma arsitektur atau desain interior di tautan berikut ini. Tapi, fotonya cocok bagi mereka yang suka dengan garis kasar yang lebih ekspresif. Sayang fotonya kecil jadi agak pecah, tapi kalau Anda memang suka garis kasar, saya kira itu tidak masalah. Jiplak saja dengan kertas karbon. Beres. Oya, garis-garis di wajah bekas cetakan gips itu nggak usah digambar, ya. 🙂

Ingin melihat contoh karya? Lihatlah karya Mengyuan Zhang di bawah ini. Perhatikan perbedaan tekanan pada garisnya, arah garisnya, fokus dan kontrasnya. Karya ini kira-kira ada di “tengah-tengah”, Anda mau buat lebih halus lagi? Bisa. Lebih kasar lagi juga bisa. Gambarnya saya pinjam dari situs ini.

mengyuan_zhang

Oke. Jangan lupa tagarnya ya dan jangan ada typo. Bila Anda ingin tahu lebih lanjut tentang modul latihan ini, silakan baca di bawah ini tapi kalau mau langsung berkarya juga tidak apa-apa, silakan. Bacanya bisa lain kali. Selamat berkarya! 🙂

***

Yang akan saya perhatikan pada latihan kali ini adalah:

  1. Observasi. Jangan corat-coret seenaknya seperti anak kecil. Cermati dulu obyeknya, tatap obyeknya dengan baik. Amati daerah mata, gelap-terangnya, kedalamannya, rasakan dan bayangkan secara tiga dimensi di kepala. Susuri ke hidung lalu mulut, pipi dan rahang, rambut dan akhirnya kepala secara keseluruhan. Kadang-kadang kita harus fokus pada satu bagian tertentu, tidak apa-apa, tapi jangan keasyikan. Berhenti, lihat relasinya dengan bidang “tetangganya”. Makin tinggi skillnya, proses observasinya bisa semakin pendek tetapi kadang-kadang justru bisa panjang sekali, bila ada sebuah fokus yang luar biasa. Apapun kelas Anda, biasakan mengamati obyek dulu dengan cermat. Perupa harus menjadi seorang pengamat terlebih dahulu, baru kemudian berkarya.
  2. Representasi. Ini adalah inti dari realisme sebagai sebuah seni representasional (obyek di dalam karya merujuk pada obyek di alam nyata, thus obyek pada karya merupakan “perwakilan” dari obyek di alam nyata tersebut. Di ekstrim yang lain, karya seni abstrak adalah “non-representational” karena tidak merujuk pada obyek di alam nyata). Bila Anda belum nyekil tapi sudah nyeni, silakan menggambar langsung tanpa menjiplak. Bila Anda belum nyekil dan gambarnya belum nyeni, silakan menjiplak. Kalau representasi Anda tidak nyeni, tidak nyekil tapi Anda tidak juga mau menjiplak, mohon maaf, karya Anda tidak akan saya bahas sama sekali.
  3. Tautan petunjuk untuk menjiplak bisa dibaca di artikel “Menjiplak Foto” dan “Menjiplak Foto Ukuran Besar di atas Kanvas”.
  4. Garis dan Strategi Gelap-Terang. Anda bisa menggunakan teknik cross-hatching, mengarsir dengan pensil berukuran pas untuk middle-tones, kalau mau lebih gelap: tumpuk garisnya. Kalau kepekatan pensil sudah mulai terasa tidak akurat (terlalu gelap atau terlalu terang), ganti pensilnya. Bagi yang belum familiar dengan istilah: middle tones, shadow, highlight, ketik frasa tersebut dan cari video instruksinya di YouTube, yes?
    Untuk yang senang menggambar dengan halus:
    Tentukan dulu daerah yang paling gelapnya. Mau segimana gelapnya, coba? Sesudah ditentukan, jadikan itu patokan dan temukan ukuran pensilnya. Ingat-ingat, misalnya 6B atau 9B, terserah Anda. Lalu tentukan “middle-tones”, coba kalau yang gelap tadi dikurangi 50% jadi segimana kira-kira? Tentukan daerahnya ada di mana saja pada wajah sang Putri lalu cari jenis pensilnya, misalnya 3B, jadikan patokan. Sesudah itu, Anda tinggal bekerja dengan dua patokan tersebut. Kalau lebih terang, turunkan aja ukuran pensilnya. Kalau lebih gelap, naikkan. Dengan mengalami dan merasakan perbedaan kepekatan partikel grafit pada setiap ukuran pensil, Anda bisa mengarsir dengan tekanan yang sama, tapi garisnya tetap dinamis.
    Sementara untuk Anda yang senang menggambar dengan kasar:
    Seberapa kuat seorang siswa mampu menekan pensil untuk menghasilkan garis tebal yang ekspresif dan bisakah ia menemukan titik tenaga paling efisien? Menulis atau menggambar dengan ditekan itu pegel, lho. Pakai saja pensil gelap (4B ke atas) dan rasakan tenaga yang harus dikeluarkan. Kita ingin garis yang kuat tapi tidak perlu pakai tenaga banyak karena kita akan menggaris seperti itu berulang-ulang, carilah yang cukup gelap untuk itu. Dengan pensil ukuran berapa? Coba berbagai jenis pensil grafit untuk mencari garis yang paling optimal bila ditekan tanpa perlu mengeluarkan terlalu banyak tenaga.
  5. Arah garis tidak bisa sembarangan namun harus mengikuti kontur tiga dimensinya. Lihat fotonya lalu imajinasikan ruang tiga dimensinya. Kita harus bisa membayangkan foto tersebut sebagai obyek tiga dimensi, dengan begitu kita tahu kemana garis kita harus menuju.
  6. Efisiensi garis. Kalau hanya perlu 3 garis, mengapa harus dibuat 30 garis? Hemat garismu. Cermati dulu obyeknya, imajinasikan kemana garismu akan bergerak lalu putuskan dan eksekusi. Bandingkan hasilnya. Lihat relasi garis yang baru dibuat tadi dengan garis yang sudah ada sebelumnya. Apa mereka harmonis? Rasakan dengan hati sambil picingkan mata.
  7. Relasi antar bidang sangat penting dalam membentuk sebuah kesatuan yang utuh dari gambar kita. Kita akan sering harus bekerja di sebuah sektor kecil saja, jangan sampai keasyikan di situ. Mundur, berhenti dulu menggambarnya. Picingkan mata dan lihat, bagaimana relasi bidang yang sedang kita buat dengan bidang yang kita buat sebelumnya. Bagus, nggak, ketemunya? Lihat secara keseluruhan, sudah oke atau belum?
  8. Gelap-terang. Bila observasi Anda sudah optimal, seharusnya tidak sulit menafsirkan dan menerjemahkan foto dalam gelap-terang yang baik. Yang perlu Anda lakukan adalah selalu berhenti dan memeriksa arsiran Anda, level gelap terangnya sudah oke atau belum. Selalu bandingkan foto dengan karya Anda. Picingkan mata Anda, lagi, lagi dan lagi.

Catatan

Ingin karya Anda lain dari yang lain? Buatlah tone pada kertas gambar Anda dengan teh celup untuk menghasilkan efek tua sekaligus membuat patokan middle-tone pada kertas. Caranya:

  • Jangan pakai kertas yang terlalu tipis. Gunakan kertas dengan ketebalan minimal 200 gsm.
  • Seduh teh celup dalam air panas, buat larutan pekat, lalu siramkan pada kertas.
  • Atur arah air dengan kuas flat ukuran sedang. Jangan terlalu datar tetapi juga jangan terlalu liar (bisa mengganggu bentuk).
  • Biarkan kertas mengering. Lebih baik dilakukan pada beberapa kertas sekaligus supaya lebih efektif dalam penggunaan waktu dan tenaga.
  • Sesudah kertas kering, Anda bisa menggunakan warna kertas yang sudah di-toned sebagai acuan middle-tone.
  • Saat Anda harus membuat highlight, gunakan pensil putih, konte putih, Dermatograph atau pastel kapur. Hasilnya pasti lebih nyeni.
  • Cari video tutorial mengenai “cross-hatching” di YouTube untuk berlatih membuat garis yang baik.
  • Tenang, jangan terburu-buru. Lebih baik lambat tetapi hasilnya baik daripada terburu-buru tapi hasilnya jelek. Ingat: observasi nomor satu.

Oke, selamat berkarya. Semoga kita semua tetap semangat untuk berkarya. 🙂

dr. Rudolfo

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s