Dalam hidup dan dalam karir saya, seperti banyak orang, kadang-kadang saya merasa kecil hati. Ada kegagalan atau jalan menanjak mencapai sebuah tujuan, keletihan atau harapan yang kian memudar, keraguan dan sebagainya. Menghadapi kenyataan saya juga sering menyalahkan diri sendiri, menyesal atau merasa bersalah. Saya menganggap diri saya tidak cukup baik. Pada suatu titik, ini cukup mengerikan, menghancurkan kepercayaan diri dan membuat saya depresi. Namun suatu saat saya menemukan pemecahannya.
Saya pikir, dalam apapun juga yang kita lakukan, pondasi yang harus kita miliki adalah mencintai diri sendiri. Ada perbedaan besar antara apa yang dilakukan oleh orang yang mencintai diri sendiri dan yang kurang mencintai diri sendiri. Orang yang kurang atau tidak mencintai dirinya sendiri, sehebat apapun prestasinya, akan selalu merasa kecil hati. Semua pencapaiannya tidak cukup baik dan semua perjuangannya seakan-akan tidak bermakna. Saya pikir, mencintai diri sendiri adalah salah satu hal yang perlu diajarkan pada anak-anak kita semenjak usia dini karena terutama pada saat pubertas, nyaris semua dari mereka akan mengalami krisis kepercayaan diri.
Tapi apa itu mencintai diri sendiri? Apa maknanya? Barangkali agak sulit menemukan makna ‘mencintai diri sendiri’ karena arti kata ‘cinta’ sendiri berbeda-beda untuk setiap orang, tergantung pengalamannya. Bila kita mau membuat makna definitif yang netral tentang kata ‘cinta’ sebagai sebuah sikap, itu adalah: sebuah cara pandang yang positif. Sederhana sekali. Bila kita mencintai sesuatu atau seseorang, artinya semua aspek dari hal atau orang tersebut akan selalu nampak positif di mata kita. Tidak menyukai atau membenci seseorang secara alami adalah kebalikannya: tidak ada yang positif, semua negatif, walaupun orang itu melakukan banyak hal baik. Jadi mencintai diri sendiri adalah memandang diri sendiri secara positif.
Masalahnya, kita sering membandingkan diri kita dengan orang lain. Kalau kita belajar main piano klasik misalnya, kita jadi kecil hati melihat teman kita yang masih sama-sama belajar begitu fasih memainkan Nocturne Chopin. Ditambah lagi, orangtua kita juga membanding-bandingkan kita dengan orang lain, kita jadi tambah kecil hati dan tidak percaya diri. Ini adalah refleksi cara pandang pada diri sendiri yang kurang positif. Padahal, orang lain tidak pernah ada hubungannya dengan mencintai diri sendiri. Lihat saja para mega-bintang Amerika yang penggemarnya barangkali berjuta-juta, dipuja-puja seperti dewa, tetapi tetap mengalami kepedihan dan kesendirian, larut dalam depresi dan akhirnya menembak dirinya sendiri. Mencintai diri sendiri tidak butuh orang lain sama sekali. Kita tidak perlu, atau jangan pernah, membandingkan diri kita dengan orang lain. Jangan bersaing dengan orang lain, bersainglah dengan diri sendiri. Ini adalah anak kunci emas untuk membuka pintu rahasia tersebut.
Untuk bersaing dengan diri sendiri, kita harus menetapkan, apa yang ingin kita lakukan entah itu hal sederhana atau hal yang sangat rumit dan sulit, tidak masalah. Misalkan kita berlatih main piano klasik. Kita harus membuat catatan rekor untuk diri sendiri. Misalkan kita menetapkan, dalam satu minggu kita akan berlatih tiga hari saja dan setiap harinya, waktu kita berlatih akan dicatat. Maka mulailah kita berlatih, ternyata dalam waktu 5 menit jari dan tangan kita sudah pegal semua dan kita pun berhenti. Tidak apa-apa. Berhenti saja. Tapi catatlah rekor tersebut: 5 menit. Menghadapi hari latihan selanjutnya, kita akan bertekad untuk memecahkan rekor tersebut.
Di hari latihan berikutnya, belum 5 menit jari-jari sudah pegal sekali dan kita sudah hampir menyerah. Tapi kita bertahan karena bertekad memecahkan rekor dan berhasil: 5 menit 10 detik! Tidak masalah bila rekor itu dipecahkan hanya dalam selisih waktu 10 detik atau 1 detik, yang penting: ada peningkatan. Peningkatan itulah yang penting. Ketahuilah bahwa perbedaan waktu yang hanya 10 detik itu akan membuat kita merasa lebih baik. Karena merasa lebih baik, kita akan merasa lebih bersemangat. Di hari latihan berikutnya, walaupun jari-jari tangan sudah hampir kram, kita berhasil berlatih selama 5 menit 20 detik! Sangat membanggakan! Dan begitulah, rekor selalu dipecahkan, lagi dan lagi dan lagi. Kita tidak bersaing melawan teman kursus piano kita, kita tidak perlu pedulikan dia bagaimanapun hebatnya, kita harus bersaing melawan diri sendiri. Selalu memecahkan rekor kita sendiri. Begitu terus dalam setiap hal yang kita ingin lakukan secara serius. Catat rekornya.
Seiring waktu, karena kita selalu memecahkan rekor sendiri dan selalu mengalami peningkatan, kita akan memandang diri kita secara lebih baik, lebih positif. Tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain, mereka punya pemecahan rekornya sendiri. Jadi, pecahkanlah rekor diri kita sendiri, apapun bidangnya.
Ketika kita mencintai diri sendiri, akan lebih mudah bagi kita untuk mencintai orang lain. Kita tidak perlu dan tidak akan mencintai semua orang, tapi di dalam diri kita sudah ada pondasi yang kuat sehingga kritik atau kecaman (termasuk juga pujian) yang datang pada diri kita tidak akan terlalu berarti sesuatu. Coba bayangkan: ada orang yang kurang percaya diri lalu mendapat kritik dan kecaman. Biasanya reaksi orang seperti itu ketika mendapat kritik dan kecaman adalah bukan hanya marah tapi murka! Ia menjadi murka karena sumber ketidaknyamanan dan ketidakpercayaan dirinya diusik, padahal hal itu selalu berusaha ia sembunyikan jauh-jauh, jangan sampai orang lain tahu. Orang yang mudah tersinggung biasanya adalah orang yang kurang percaya diri, orang yang kurang percaya diri biasanya adalah orang yang kurang mencintai dirinya sendiri. Dan orang yang kurang mencintai dirinya sendiri adalah orang yang biasanya selalu membanding-bandingkan dirinya dengan kehebatan orang lain dan bukannya bersaing dengan dirinya sendiri, memecahkan rekor-rekornya sendiri.
Jadi apapun juga yang kita lakukan, yang kita perjuangkan, kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain. Pusatkan perhatian pada diri kita sendiri saja. Sesungguhnya, kalau kita benar-benar terpaku pada peningkatan mutu pribadi diri kita sendiri, kita tidak akan terlalu punya waktu untuk mencari-cari kekurangan orang lain. Nah, jadi, bagi Anda yang punya masalah krisis kepercayaan diri seperti saya dulu, selamat memecahkan rekor-rekor Anda sendiri dan selamat mencintai diri Anda sendiri dengan lebih baik lagi. Jatuh cintalah pada diri sendiri maka dunia akan jauh lebih indah daripada sebelumnya. Dijamin!