Hari ini saya melihat banyak komentar dan foto tentang Jakarta yang dilanda banjir. Kegiatan kerja dan bisnis terhenti, gubernur mengeluarkan status darurat banjir sampai tanggal 27 Januari. Badan Nasional Penanggulangan Bencana memberitakan hampir 100 ribu warga Jakarta terlanda banjir, 15 ribu harus mengungsi dan sudah terhitung 5 orang meninggal dunia. Sungguh memprihatinkan, tapi saya kira hikmahnya adalah: orang jadi lebih serius memikirkan masalah ini supaya tidak terulang lagi.
Di Ungaran, awal tahun ini diiringi hujan dan angin kencang yang tidak henti-hentinya. Kadang-kadang di pagi hari hujan sudah turun, langit mendung, membuat saya tidak bersemangat kerja dan ingin menarik selimut untuk kembali tidur. Untung, Ungaran tidak pernah kena banjir karena lokasinya yang tinggi, Semaranglah yang selalu kena. Selain karena curahan hujan, Semarang juga biasa digenangi rob, banjir yang muncul saat air laut pasang. Ungaran masih aman-terkendali. Hanya saja, Caka dan anak-anak kecil di kompleks ini jadi lebih banyak tinggal di rumah karena hujan dan angin kencang. Mas Arya yang biasanya main ke sini jadi jarang datang, tapi itu juga karena dia baru beli Playstation dan malah senang di rumah karena bisa mainvideo game sepulang sekolah.
Saya tidak mengira Ungaran yang begitu panas di tengah tahun bisa sedingin ini. Mandi malam hari tanpa air hangat cukup menggigilkan badan. Tapi cuaca seperti ini baik untuk bekerja di studio. Sayang studio bocor di beberapa bagian, rumah juga. Sudah diperbaiki, ada lagi yang bocor. Di kompleks perumahan tempat kami tinggal, penjaga kompleks sibuk dari rumah ke rumah, memperbaiki atap yang bocor. Dia sedang memperbaiki atap rumah kami sekarang. Syukurlah. Saya dan keluarga hanya kena masalah atap bocor dan tidak lebih dari itu. Paling-paling saya dan anak-istri sedang terjangkit penyakit khas musim hujan: jadi lapar melulu.