“Aku tak pernah melukis mimpi, aku melukis realita hidupku sendiri.” protes Frida Kahlo menolak label surealisme yang disematkan pada karya-karyanya. Atas undangan André Breton, karyanya dipamerkan di Perancis pada tahun 1939. Dalam pameran tersebut, The Frame, sebuah potret diri Frida yang dibuat dengan cat minyak dan kaca di atas lembaran aluminum, dikoleksi oleh Museum Louvre, sebuah kehormatan bagi pelukis dari Amerika Latin pada saat itu. Walau begitu Frida tetap menolak label Surealisme sampai akhir hayatnya. Kesendirian dan penderitaan fisik juga hubungan pernikahannya yang sulit dengan Diego Rivera telah menjadi sumber inspirasi bagi karya-karyanya.
Saya bisa memahami pikiran Frida tapi dunia seni rupa pun tak salah bila menganggap dirinya seorang surealis karena realita yang dilihat dan dipahami oleh orang yang “normal” tidak seperti yang terlihat dalam karya-karyanya. Saya pikir surealisme dalam karya Frida bisa dilihat sebagai sebuah realisme yang skizofrenik, hanya Frida sendiri yang melihatnya dan ia tak mampu melepaskan semua gambaran absurd tersebut dari karyanya karena itulah kenyataan yang ia lihat, alami dan ia rasakan.
Saya tidak mengatakan bahwa Frida memiliki kelainan skizofrenia, saya tidak tahu kalau soal itu, tetapi cara Frida melihat dunia dalam karya-karyanya jelas skizofrenik, untuk membedakannya dengan karya-karya Breton sendiri, misalnya. Dari sudut pandang neurologi, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa realita secara kognitif diproses di dalam otak kita, dengan begitu pada tataran ini semua pengalaman sejatinya selalu subyektif. Dengan demikian skizofrenia, pada konteks tertentu, menjelaskan realita. Saya pikir itulah perspektif Frida terhadap realisme.